Logo MTsN Samarinda desain awal oleh Imam Ghozali atas permintaan Kepala Madrasah Bunda Dra. Hj. Zahratannur, M.Si

SANG GURU

Bahasa Inggris adalah pelajaran favorit saya saat SMP sampai dengan SMA dan akhirnya saya ambil Pendidikan Bahasa dan akhirnya sampai pada tangga hidup hidup yang sebenarnya, saya menjadi Guru Bahasa Inggris dan akhirnya, anak saya yang pertama juga ambil Pendidikan Bahasa Inggris. Bilang rekan sekantor kenapa bukan jurusan lain, Jurusan Bahasa Inggris sudah penuh. Tapi biarlah toh nasib bukan kita yang ngatur yang penting sudah berjuang untuk “membaikkan hidup” (pinjam kata Mario Teguh).

Masih ingat sekali, Guru saya yang bernama Bapak Aini Winoto (guru MTs) dan Bapak Sumardi (guru SMA) mengajar dengan sangat baik. Saya ingin seperti beliau sampai saat ini. Saya masih ingat beliau menyanjung saya saat menterjemahkan descriptive text tentang Taj Mahal. Saya buat terjemahannya begitu puitis hehehe beliau sangat suka dengan kebebasan saya memilih kata dan kalimat tanpa harus kehilangan informasi sesungguhnya tentang Taj Mahal. Setiap sore beliau memberikan soal yang beliau tulis tangan. Lalu harus saya kerjakan dan tampak sekali beliau sangat menikmati menjadi guru. Kenapa setiap sore bisa bertemu, karena beliau menantu tuan rumah dimana saya kos di situ.

Di perguruan tinggi, saya bertemu dua orang Dosen yang sangat saya puja. Bapak Gufron dan Bapak Dolar. Bapak Gufron begitu matang ketrampilan speaking-nya dan Bapak Dolar sangat mumpuni dalam bidang writing. Bapak Dolar pernah menjadikan saya asisten beliau walau dadakan. Ada kakak tingkat yang belum juga lulus mata kuliah Writing I, saya diminta beliau, maaf, mengajari kakak tingkat saya. Perasaan yang begitu bahagia saat mendapatkan pengharagaan dari beliau dan pada tahun 1998, saya menghubungi beliau dan alhamdulillah beliau masih ingat dengan saya.

Memori tentang bangku sekolah dan bangku kuliah. Yang lekat di setiap sel ingatan adalah bagaimana para pahlawan pendidikan itu bersikap kepada kita/siswa. Kesabaran dan ketegasan, kepandaian dan profesionalitas tampil bebarengan saat di depan kelas maupun di luar. Aku tidak mampu membandingkan diri saya pada posisi yang mana. Yang pasti tidak akan pernah mambandingi derajat keilmuan dan kebijaksanaanya. Beliau tidak MARAH kecuali kita benar salah, beliau tidak pernah mangatakan itu SALAH walau kalimat yang kita ucapkan tidak benar. Beliau hanya tersenyum. Senyum yang menjadikan aman berada di sekitar pembelajarannya.

Ya Allah masih adakah kesempatan aku bertemu beliau kembali???? Aku rindu!!!!